Siapa dia?
Pagi ini langit sepertinya sedang tidak senang. Mendung dengan dingin yang menelusuk ke kulit membuat ku mengenakan jaket biru mudaku. Biasanya, aku akan diantar Alex, kakakku. Seandainya semalam aku tak menyodorkan es kepal yang ku beli ke kakakku yang sudah bersin-bersin itu, pasti pagi ini kami berdua telah berada di atas motor membelah kemacetan kota Jakarta.
Hari ini, aku naik angkot. Di pertengahan jalan, ada seorang laki-laki dengan seragam yang sama dengan ku naik ke dalam angkot yang ku tumpangi. Dua menit menatap pemandangan dari jendela, aku dikejutkan dengan adanya ucapan yang sepertinya ditujukan padaku.
"Sorry, kenalin nama gue Davin, sekolah di Garuda Muda kan?" Tanya lelaki berjaket abu-abu itu.
"Iya" Jawabku.
"Lo kelas berapa?"
"10 IPA D" Jawab ku tanpa memandang matanya.
"Lah, kita satu kelas dong" Ucap Davin heran.
"Hah?" Ucapku dengan ekspresi kaget sampai mengarahkan pandanganku kepadanya.
"Iya, gue murid baru, baru masuk tepatnya, dan gue terdaftar di kelas itu" Ucap Davin menjelaskan.
Aku kemudian hanya menjawab dengan oh panjang dan sisa waktu kami dihabiskan dengan saling diam dan menatap keluar jendela. Anehnya, supir angkot terus memerhatikan ku lewat kaca di depannya dan aku berusaha menghiraukannya.
Sampai di sekolah, aku dan laki-laki di angkot tadi pun tak berjalan bersama-sama. Pun aku tak peduli juga jika ia memang sekelas denganku atau tidak. Sebenarnya, aku merasa diikuti, tapi aku berusaha tak memedulikannya.
...
"Duh, kok hari ini dinginnya ga wajar banget sih."
"Iya nih, mana gue lupa bawa jaket."
"Duh jadi pengen mie rebus pake telor sama cabe ijo deh."
Protes-protes untuk tak tahu siapa tetap terdengar itu memenuhi telingaku. Ku tengokkan kepalaku ke belakang, ada sosok tak asing, sosok di angkot tadi, sosok yang mengakuin dirinya sebagai teman sekelasku. Kuyakin kalian sudah tau namanya dari angkot tadi kan?
Jadi, Davin bukanlah murid baru, tapi baru masuk sekolah, padahal sudah pertengahan semester. Oh!!! Aku baru ingat. Dia adalah siswa yang selalu dijawab 'ga pernah masuk bu' saat guru mengabsen. Agak misterius juga karena dia tiba-tiba masuk di pertengahan semester.
Di kelas, saat disebutkan namanya, akhirnya ada juga yang menjawab 'hadir bu' setelah sekian minggu. Di kelas, ia tampak seperti murid yang lain, normal-normal saja. Padahal, setelah tidak masuk begitu lama, seharusnya ia dipanggil ke ruang kepala sekolah atau diceramahi guru-guru bukan?
Pulang sekolah, aku melewati ruang kepala sekolah, untuk mengumpulkan tugas-tugas teman kelasku karena aku adalah wakil kelas dan kebetulan Alfi, ketua kelas ku hari ini tidak masuk.
Kemudian, aku melihat sosok itu, sedang mengunyah permen karet sambil bersandar di pintu ruang kepala sekolah.
"Lo ngapain?" Tanyanya ketus.
"Mau ngumpulin tugas" Jawabku. "Dan lo sendiri ngapain disini?"
"Aku mau membicarakan sesuatu padamu" Jawab Davin.
"Tentang apa? Mumpung aku sedang berada disini" Aku penasaran.
"Maksud kedatanganku kesini."
"Lah! Ya untuk sekolah lah, kamu sudah ga masuk untuk waktu yang lama"
"Bukan" Jawabnya singkat.
"Lalu?" Aku bertanya memastikan.
"Untuk menjemputmu supaya kamu ga perlu merasakan kepusingan akan kehidupan ini" Jelas laki-laki berjaket abu-abu itu.
"Aku? Kamu tau apa tentangku? Mengapa mengajak ku?"
"Aku hampir tau semua tentangmu. Aku juga tau kalau kamu yang terpilih."
"Terpilih untuk?"
"Tidak merasakan kerasnya dunia. Itu adalah hal yang masih aku tak tau jawabannya darimu. Dan kini, aku berniat untuk mengetahuinya.
" Mengetahui apa?" Tanyaku penuh kebingungan.
"Kamu mau ikut aku atau tidak?"
"Ikut kemana?"
"Ke tempat dimana kamu akan merasakan ketenangan tanpa perlu menjalani kehidupan mu sekarang."
"Kau ingin aku pergi denganmu meninggalkan dunia ini?"
"Jawab saja, semua tergantung padamu."
1 menit, 2 menit, 3 menit sampai 5 menit penuh keheningan.
"Tidak, aku tak mau!" Jawabku tegas.
"Tapi kamu akan tetap merasakan kerasnya dunia. Kamu kuat?"
"Tak masalah, aku bisa membantu orang lain supaya tidak merasakan kerasnya dunia, boleh kan? Lagipula amal ibadahku belum banyak, masih banyak kebaikan yang harus kulakukan tau!"
"Sungguh mulia sekali, pantas kamu terpilih. Baiklah, selamat jalan Freya" Ucapnya sambil sedikit-sedikit menghilang.
Dan kini aku termenung akan semua kejadian yang terjadi hari ini, semua ucapanku dan ucapannya yang masih menimbulkan tanda tanya.
Dia itu siapa?
Sungguh
Janggal.
w000wieeee,,
ReplyDelete